KUALITAS
PRODUK, STRATEGI HARGA DAN MINAT BELI KONSUMEN
Teori Kualitas
Produk
Pengertian Kualitas Produk
Produk memiliki arti
penting bagi perusahaan karena tanpa adanya produk, perusahaan tidak akan dapat
melakukan apapun dari usahanya. Pembeli akan membeli produk kalau merasa cocok,
karena itu produk harus disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan pembeli
agar pemasaran produk berhasil. Dengan kata lain, pembuatan produk lebih baik
diorientasikan pada keinginan pasar atau selera konsumen. Menurut Kotler dan
Amstrong (2001: 346)
adalah ”Segala sesuatu
yang dapat ditawarkan
ke pasar untuk mendapatkan perhatian,
dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan”.
Mc Charty dan Perreault (2003:107) mengemukakan
bahwa, “Produk merupakan hasil dari produksi yang akan dilempar kepada konsumen
untuk didistribusikan dan dimanfaatkan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya”.
Sedangkan menurut Saladin (2002:121), ”Produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau
dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan”.
Menurut Kotler (2005:49),
“Kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta dari suatu produk atau pelayanan
pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan/ tersirat”. Sedangkan menurut Lupiyoadi (2001:158) menyatakan bahwa “ Konsumen akan merasa puas
bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan
berkualitas “.
Atribut
Produk
Menurut Kotler dan
Armstrong (2001:354) beberapa atribut yang menyertai dan
melengkapi produk (karakteristik atribut produk) adalah:
a. Merek (Brand)
Merek (Brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi
dari semua ini
yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok
penjual dan membedakannya dari produk
pesaing. Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian merek itu
mahal dan memakan waktu, serta dapat membuat produk itu
berhasil atau gagal. Nama merek yang baik
dapat menambah keberhasilan yang besar pada produk (Kotler dan
Armstrong, 2001:360)
b. Pengemasan (Packing)
Pengemasan (Packing) adalah kegiatan
merancang dan membuat wadah
atau pembungkus suatu
produk.
c. Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu
produk
untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan,
ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai
lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat
menerapkan program ”Total Quality Manajemen (TQM)". Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk meningkatkan nilai pelanggan.
untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan,
ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai
lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat
menerapkan program ”Total Quality Manajemen (TQM)". Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk meningkatkan nilai pelanggan.
Tingkatan
Produk
Berdasarkan definisi diatas produk
dapat dikatakan sebagai fokus inti dari semua bisnis. Produk adalah apa yang
dilakukan perusahaan, mulai dari mendesain, mengadakan sistem produksi dan
operasi, menciptakan program pemasaran, sistem distribusi, iklan dan
mengarahkan tenaga penjual untuk menjual produk tersebut.
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:279) dalam merencanakan
penawaran suatu produk, pemasar harus memahami lima tingkat produk, yaitu :
a.
Produk Utama (Care Benefit),
yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan
dari setiap produk.
b.
Produk Generik (Basic Produk),
adalah produk dasar yang mampu memenuhi fungsi pokok produk yang paling dasar.
c.
Produk Harapan (Expected Product),
adalah produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisi secara
normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli.
d.
Produk Pelengkap (Augment Product),
adalah berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahkan dengan berbagai
manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan dan dapat
dibedakan dengan produk pesaing.
e.
Produk Potensial (Potential
Product), adalah segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin
dikembangkan untuk suatu produk dimasa mendatang.
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:280)
klasifikasi produk dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a.
Barang Konsumen
Barang konsumen yaitu barang yang
dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri, bukan untuk tujuan bisnis.
Umumnya barang konsumsi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu :
1)
Barang kebutuhan sehari-hari (Convience
Goods) adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli konsumen (memiliki
frekuensi pembelian tinggi), dibutuhkan dalam waktu segera, dan memerlukan
waktu yang minim dalam pembandingan dan pembeliannya.
2)
Barang belanjaan (Shopping Goods)
adalah barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan dengan berbagai
alternatif yang tersedia oleh konsumen berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga,
dan daya dalam proses pemilihan dan pembeliannya.
3)
Barang khusus (Speciality Goods)
adalah barang-barang dengan karakteristik dan atau identifikasi yang unik, yang
untuknya sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia senantiasa melakukan
usaha khusus untuk pembeliannya.
4)
Barang yang tidak dicari (Unsought
Goods) adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau walau sudah
diketahui namun secara umum konsumen belum terpikir untuk membelinya.
b.
Barang Industri
Barang industri adalah barang-barang yang
dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara atau konsumen bisnis) untuk
keperluan selain konsumsi langsung, yaitu : untuk diubah, diproduksi menjadi
barang lain kemudian dijual kembali oleh produsen, untuk dijual kembali oleh
pedagang tanpa dilakukan transformasi fisik (proses produksi).
Dimensi Kualitas Produk
Menurut
Orville, Larreche, dan Boyd (2005: 422) apabila perusahaan ingin mempertahankan
keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi
apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual
perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk yaitu:
1.
Performance
(kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk.
2.
Durability
(daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan
bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi
pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk.
3.
Conformance
to Specifications (kesesuaian dengan spesifikasi),
yaitu sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi
spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
4.
Features
(fitur), adalah karakteristik produk
yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan
konsumen terhadap produk.
5.
Reliabilty
(reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan
atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya
kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
6.
Aesthetics
(estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat dari
tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7.
Perceived
Quality (kesan kualitas), sering dibilang
merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung
karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan
informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi konsumen terhadap
produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan Negara asal.
Menurut Tjiptono (2001, 25), dimensi kualitas produk meliputi :
1)
Kinerja (Performance)
Yaitu karakteristik operasi pokok dari
produk inti (Core Product) yang
dibeli, misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang yang dapat
diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi dan sebagainya.
2)
Keistimewaan
tambahan (Features)
Yaitu karakteristik sekunder atau
pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior seperti Dash Board, AC, Sound System, Door Lock System,
Power Steering, dan sebagainya.
3)
Keandalan (Reliability)
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan atau gagal dipakai, misalnya mobil tidak sering
ngadat/macet/rewel/rusak.
4)
Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to Specifications)
Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan
operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya
standar keamanan dan emisi terpenuhi, seperti ukuran as roda untuk truk
tentunya harus lebih besar daripada mobil sedan.
5) Daya tahan (Durability)
Berkaitan dengan berapa lama produk
tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur
ekonomis penggunaan mobil.
6)
Estetika (Asthethic)
Yaitu
daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik mobil yang
menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya.
Strategi Harga
Defenisi
Harga
Kotler dan
Amstrong (2001 : 339) mengatakan bahwa : “Harga adalah jumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau
jasa”. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah nilai yang konsumen pertukarkan
untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa”.
Menurut Lamb et.al (2001:268), “Harga adalah apa
yang harus diberikan oleh konsumen (pembeli) untuk mendapatkan suatu produk”.
Menurut
Swastha ( 2010 : 147 ), “ Harga adalah jumlah uang ( ditambah beberapa barang
kalau mungkin ) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya “.
Strategi Penetapan Harga
Penetapan
harga harus diarahkan demi tercapainya tujuan. Sasaran penetapan harga dibagi
menjadi tiga (Stanton,2000:31)
1. Berorientasi pada
laba untuk:
a. Mencapai target laba investasi atau laba penjualan
perusahaan.
b. Memaksimalkan laba
2. Berorientasi pada
penjualan untuk:
a. Meningkatkan penjualan.
b. Mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar.
3. Berorientasi pada
status quo untuk:
a. Menstabilkan harga
b. Menangkal persaingan.
Menurut
Alma (2002:45) dalam menentukan kebijaksanaan harga ada 3 kemungkinan:
a. Penetapan harga
diatas harga saingan
Cara ini dapat
dilakukan kalau perusahaan dapat meyakinkan konsumen bahwa barang yang dijual
mempunyai kualitas lebih baik, bentuk yang lebih menarik dan mempunyai
kelebihan lain dari barang yang sejenis yang telah ada dipasaran.
b. Penetapan harga dibawah
harga saingan
baru diperkenalkan
dan belun stabil kedudukannya dipasar.
c. Mengikuti harga
saingan
Cara ini dipilih
untuk mempertahankan agar langganan tidak beralih ketempat lain.
Swasta
(2010 :246) menjelaskan tingkat harga terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti :
1. Keadaan Perekonomian
Keadaan
perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku.
2. Permintaan dan
penawaran
Permintaan adalah
sejumlah barang yang diminta oleh pembeli pada tingkat harga tertentu.
Penawaran yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat
harga tertentu.
3. Elastisitas
permintaan
Faktor lain yang
dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar.
4. Persaingan
Harga jual beberapa
macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada.
5. Biaya
Biaya merupakan
dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup
biaya akan mengakibatkan kerugian.
6. Tujuan perusahaan
Tujuan yang hendak
dicapai oleh perusahaan adalah :
- Laba maksimum
- Volume penjualan
tertentu
- Penguasaan pasar
- Kembalinya modal
yang tertanam dalam jangka waktu tertentu.
7. Pengawasan
pemerintah
Pengawasan
pemerintah dapat diwujudkan dalam bentuk: penentuan harga maksimum dan minimum,
diskriminasi harga, serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah
usaha-usaha kearah monopoli.
Tujuan
penetapan harga menurut Swasta (2010 : 242) tersebut adalah:
1. Meningkatkan
penjualan
2. Mempertahankan
dan memperbaiki market share
3. Stabilisasi
harga
4. Mencapai
target pengembalian investasi
5. Mencapai
laba maksimum.
Indikator Harga
Menurut
Mc Charty indikator harga diketahui sebagai berikut :
1. Tingkat harga
2. Potongan harga
3. Waktu pembayaran
4. Syarat
pembayaran (Swastha, 2010:125).
Dalam penelitian ini indikator harga yang digunakan
adalah tingkat harga dan potongan harga, karena di PT Abadi Karunia syarat pembayaran
menggunakan kartu kredit belum diberlakukan dan waktu pembayaran saat itu juga
dengan kata lain harus tunai.
Minat
Beli Konsumen
Definisi
Minat Beli Konsumen
Yamit (2001:77)
mengatakan : “Minat beli konsumen merupakan evaluasi purna beli atau hasil
evaluasi setelah membandingkan apa yang dirasakan dengan harapannya”.
Menurut Durianto, dkk (2003:109) niat untuk membeli
merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk
tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode
tertentu. Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan
rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Pengetahuan akan niat
beli sangat diperlukan para pemasar untuk
mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk memprediksikan
perilaku konsumen pada masa yang akan datang. Minat membeli terbentuk dari
sikap konsumen terhadap produk dari keyakinan konsumen terhadap kualitas
produk. Semakin rendah keyakinan konsumen terhadap suatu produk akan
menyebabkan menurunnya minat beli konsumen.
Minat (Interest) digambarkan sebagai suatu
situasi seseorang sebelum melakukan suatu tindakan, yang dapat dijadikan dasar
untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut. Minat beli merupakan
perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan
pelanggan untuk melakukan pembelian (Kotler 2005: 15). Beberapa pengertian dari
minat beli adalah sebagai berikut:
1. Minat dianggap sebagai sebuah ‘perangkap’ atau
perantara antara faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku.
2. Minat juga mengindikasikan seberapa jauh
seseorang mempunyai kemampuan untuk mencoba.
3. Minat menunjukkan pengukuran kehendak
seseorang.
4. Minat berhubungan dengan perilaku yang
terus-menerus.
Terdapat perbedaan antara pembelian aktual yang
benar-benar dilakukan oleh konsumen dengan minat beli. Minat beli adalah
kecenderungan pembelian untuk melakukan pembelian pada masa yang akan datang,
namun pengukuran terhadap kecenserungan terhadap pembelian umumnya dilakukan
guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri.
Uraian mengenai pengertian minat beli diatas maka
dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah tahap kecenderungan perilaku membeli
dari konsumen pada suatu produk barang atau jasa yang dilakukan pada jangka
waktu tertentu dan secara aktif menyukai dan mempunyai sikap positif terhadap
suatu produk barang/jasa, didasarkan pada pengalaman pembelian yang telah
dilakukan pada masa lampau.
Mengukur Minat Beli Konsumen
Minat beli pelanggan
dapat dilihat dari hasil (Outcome)
yang dirasakan atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang
diinginkan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa metode yang digunakan untuk
mengukur minat beli konsumen.
Kotler dalam Tjiptono
dan Diana (2005: 104-105) mengemukakan
beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur minat beli konsumen, metode
tersebut antara lain :
1) Sistem keluhan dan saran
2)
Ghost Shopping
3)
Lost Customer Analysis
4) Survei kepuasan pelanggan
1) Sistem keluhan dan saran
Organisasi yang berpusat konsumen memberikan
kesempatan yang luas kepada para konsumen untuk menyampaikan saran dan keluhan,
misalnya dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar, Customer Hot Lines dan lain-lain.
2)
Ghost Shopping
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran
mengenai kepuasan konsumen adalah dengan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pembeli
potensial, kemudian melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing
berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut.
3)
Lost Customer Analysis
Perusahaan seyogyanya menghubungi konsumen yang
telah berhenti membeli atau yang telah
pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi.
4) Survei kepuasan konsumen
Metode survei kepuasan konsumen dapat
menggunakan pengukuran dengan berbagai cara, yaitu:
a. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung
dengan pertanyaan seperti: “Ungkapkan seberapa puas saudara terhadap pelayanan.
b. Responden juga dapat diberi pertanyaan mengenai
seberapa besar mereka mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar
yang mereka rasakan
c. Metode lain adalah dengan meminta responden
untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka miliki dengan penawaran dari
perusahaan dan untuk menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka sarankan (Problem Analysis)
d. Selain itu responden juga dapat diminta untuk
merangking berbagai elemen dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap
elemen dan seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen (Importance/Performance Ratings).
Tjiptono dan Diana (2005, 106-107)
mengemukakan terdapat sepuluh (10) kunci sukses mengukur minat beli konsumen,
yaitu :
1) Frekuensi
2) Format
3) Isi
4) Desain isi
5) Melibatkan setiap orang
6) Mengukur minat beli setiap orang
7) Kombinasi beberapa ukuran
8) Hubungan dengan kompensasi dan Reward lainnya
9) Penggunaan ukuran secara simbolik
10) Bentuk pengukuran lainnya
1) Frekuensi
Beberapa kali perusahaan mengadakan survey
untuk mengetahui minat beli pelanggan, biasanya paling tidak setiap 70-80 hari
sekali.
2) Format
Siapa yang melakukan Survey minat beli konsumen? Dapat dikatakan bahwa sebaiknya yang
melakukan Survey formal minat beli konsumen
adalah pihak ketiga diluar perusahaan dan hasilnya disampaikan kepada semua
pihak dalam organisasi.
3) Isi
Isi (Content)
pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan standar dan dapat dikuantitatifkan.
4) Desain isi
Tidak ada satupun instrumen Survey yang paling baik untuk setiap
kondisi. Oleh karena itu perusahaan harus mendesain Survey secara sistematis dan memperhatikan setiap pandangan yang
ada.
5) Melibatkan setiap orang
Mereka yang mengunjungi pelanggan untuk
melakukan Survey adalah semua Level dan semua fungsi yang ada dalam
organisasi, mulai dari manajer puncak hingga karyawan.
6) Mengukur minat beli setiap orang
Perusahaan harus mengukur minat beli semua
pihak, tidak hanya konsumen langsung seperti pemakai, tetapi juga pelanggan
tidak langsung seperti distributor, agen, pedagang besar, pengecer dan
lain-lain.
7) Kombinasi beberapa ukuran
Ukuran yang digunakan dalam minat beli
pelanggan hendaknya dibatasi pada skor kuantitatif yang merupakan kombinasi
dari berbagai unsur seperti individu, kelompok.
8) Hubungan dengan kompensasi dan Reward lainnya
Hasil pengukuran minat beli pelanggan harus
dijadikan dasar dalam penentuan kompensasi insentif dalam penjualan.
9) Penggunaan ukuran secara simbolik
Ukuran minat beli pelanggan hendaknya dibuat
dalam kalimat sederhana dan mudah diingat serta ditempatkan disetiap bagian
perusahaan.
10) Bentuk pengukuran lainnya
Deskripsi kualitatif mengenai hubungan
karyawan dengan konsumen harus mencakup penilaian sampai sejauh mana karyawan
memiliki orientasi pada minat beli konsumen.
Implikasi dari pengukuran minat
beli konsumen tersebut adalah konsumen dilibatkan dalam pengembangan produk dan
jasa dengan cara mengidentifikasi apa yang dibutuhkan konsumen. Hal ini berbeda
dengan konsumen dalam konsep tradisional, dimana mereka tidak dilibatkan dalam
pengembangan produk, karena mereka berada di luar sistem.
Tujuan untuk melibatkan konsumen
dalam pengembangan produk dan jasa adalah agar perusahaan dapat memenuhi
harapan konsumen, bahkan jika mungkin melebihi harapan konsumen. Persepsi yang
akurat mengenai harapan konsumen merupakan hal yang perlu, namun tidak
mewujudkan harapan konsumen. Desain dan standar minat beli konsumen dikembangkan
atas dasar harapan konsumen dan prioritasnya.
Implikasi dari pengukuran minat
beli konsumen tersebut adalah konsumen dilibatkan dalam pengembangan produk dan
jasa dengan cara mengidentifikasi apa yang dibutuhkan konsumen. Hal ini berbeda
dengan konsumen dalam konsep tradisional, dimana mereka tidak dilibatkan dalam
pengembangan produk, karena mereka berada diluar sistem.
Indikator
Minat Beli
Menurut Ferdinand (2002:129), minat beli dapat
diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut:
a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan
seseorang untuk membeli produk.
b. Minat refrensial, yaitu kecenderungan
seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
c. Minat preferensial, yaitu minat yang
menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk
tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk
prefrensinya.
d. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan
perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang
diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari
produk tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari.
2002. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfa Beta
Durianto,
Darmadi. Sugiarto dan Sitinjak, Tony.
2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku
Merek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ferdinand,
Augusty. 2002. Metode Penelitian
Manajemen. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Kotler,
Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Edisi Kesebelas. Alih
Bahasa Benyamin Molan. Jakarta. : Indeks
Kotler, Philip dan Gary, Armstrong. 2001. Prinsip-prinsip
Pemasaran. Alih Bahasa Imam Nurmawan Jakarta : Erlangga.
Lamb, Hair, dan McDaniel.
2001. Pemasaran. Buku 1. Penerjemah David Octarevia. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Lupiyoadi,
Rambat. 2001. Pemasaran Jasa. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Mc Carthy dan
Perrefault, 2003. Dasar-Dasar Pemasaran. Alih Bahasa Agus Dharma.
Jakarta: Erlangga.
Orville
C. Walker, Boyd. Harper W, Larreche, Jean Claude. 2005. Manajemen Pemasaran
Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global. Jakarta: Erlangga.
Saladin,
Djaslim. 2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Salemba
Empat
Stanton
J, William. 2000. Prinsip Pemasaran. Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Sunarto.
2004. Pengantar Manajemen Pemasaran. Yogyakarta:
UST Press.
Swastha, Basu DH. 2006. Manajemen Penjualan Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Tjiptono,
Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Keenam. Yogyakarta:
Penerbit. Andy.
Tjiptono,
Fandy dan Diana, Anastasia. 2005. Total Quality Manajemen.Yogyakarta :
Andi.
Yamit,
Zulian. 2001. Manajemen Kualitas Produk
dan Jasa. Yogyakarta : Ekonisia.
makasih mas/mbak atas materi pemasarannya, bisa jadi rujukkan tugas nih hehe :)
BalasHapusoya apabila berkenan mohon kunjungi balik blog saya ya di
Ikubaru's Blogzia
Blog saya juga banyak mengupas tentang Ekonomi, termasuk Pemasaran
Terima kasih
Mbk tahun yg bnr pd buku swasta thn 2006 atau 2010 y?
HapusTerimakasih buat infonya, bermanfaat sekali khususnya buat saya..
BalasHapushttp://www.tokoobatku.com/obat-hepatitis-b-herbal/
Wah min bisa dibuat sebagai bahan referensi nih hehehehehe...
BalasHapusTerus tambah postingannya ya min ...
Jangan lupa juga kunjungi halaman ini
http://mesinantrianmakingsolution.blogspot.co.id/2016/05/mesin-antrian-bersolusi.html
http://alatskpberkualitas.blogspot.co.id/2016/05/alat-survey-kepuasan-pelanggan.html
Terimakasih ya
BalasHapusTerimakasih ya
BalasHapusHalo mbak mas, terima kasih atas postingannya.. sangat membantu
BalasHapusApakah ada link mengenai customer relations dengan kepuasan pelanggan ?
mba, kalo untuk indikator produk apa ya? ditunggu ya jawabannya.. makasih..
BalasHapusmba, kalo untuk indikator produk apa ya? ditunggu ya jawabannya.. makasih..
BalasHapusminta izin ambil artikel web dibawah ini terima kasih
BalasHapusSaya izin mengambil beberapa teori yang dikemukakan, sangat membantu, terimakasih.
BalasHapusthx u sudah membantu. izin mengambil beberapa teori juga ya ;) sukses selalu.
BalasHapusBosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
BalasHapushanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
BalasHapusPromo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^
Betul sekali Indikator Kualitas Produk dapat memenuhi kebuuhan konsumen dan sangat menentukan loyalitas seorang konsumen sehingga perusahaan mendapatkan laba / profit yang lebih baik Nurul Huda
BalasHapus