PEMASARAN
RELASIONAL
Pengertian Pemasaran Relasional
Menurut Buttle (2004:55) menyatakan:
“Pemasaran relasional (relationship marketing) adalah strategi bisnis inti yang memadukan produsen
dan fungsi internal, jaringan eksternal untuk menciptakan dan menyampaikan
nilai kepada pelanggan untuk mendapatkan keuntungan”.
Menurut Chan (2003:6): “Pemasaran relasional (relationship
marketing) sebagai pengenalan setiap
pelanggan secara lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan
mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelanggan dan
perusahaan”.
Kotler dan Amstrong (2009:304) menyatakan: “Pemasaran relasional (relationship marketing) adalah proses menciptakan, menjaga, dan
meningkatkan hubungan yang kuat bernilai tinggi dengan pelanggan dan pihak yang
berkepentingan lain”.
Dari berbagai definisi yang ada, dapat disimpulkan
bahwa pemasaran relasional adalah:
1.
Mencari nilai-nilai baru untuk pelanggan
dan kemudian produser dan konsumen berbagi nilai yang diciptakan itu.
2.
Mengakui peran utama dari pelanggan
individual tidak hanya sebagai pembeli, tetapi juga mendefinisikan nilai yang
mereka inginkan. Disini nilai diciptakan bersama dengan pelanggan.
3.
Perusahaan perlu mendesain dan
memperbaiki proses bisnis, komunikasi, teknologi dan sumberdaya manusia dalam
mendukung nilai yang diinginkan pelanggan individual sebagai konsekuensi dari
strategi bisnis dan berfokus pada pelanggan.
4.
Adalah usaha kerjasama yang terus
menerus antara pembeli dan penjual.
5.
Membangun chain of relationship dalam
organisasi untuk menciptakan nilai pelanggan yang diinginkan, dan antara
organisasi dengan para stakeholder utamanya.
Tujuan Pemasaran Relasional
Chan (2003:6) menyatakan :
“Tujuan utama pemasaran relasional
sebenarnya adalah untuk menemukan lifetime value (LTV) dari pelanggan.
Setelah LTV didapat, tujuan selanjutnya adalah bagaimana agar LTV masing-masing
kelompok pelanggan dapat terus diperbesar dari tahun ke tahun. Setelah itu,
tujuan ketiga adalah bagaimana menggunakan profit yang didapat dari dua tujuan
pertama tadi untuk mendapatkan pelanggan baru dengan biaya yang relatif murah.
Dengan demikian tujuan jangka panjangnya adalah menghasilkan keuntungan terus
menerus dari dua kelompok pelanggan: pelanggan sekarang dan pelanggan baru.
Menurut Zeithaml and Bitner (2003:158):
“Tujuan
utama dari pemasaran relasional adalah untuk membangun dan mempertahankan
pelanggan yang komit yang menguntungkan bagi perusahaan dan pada waktu yang
sama meminimumkan waktu dan usaha yang dikeluarkan untuk pelanggan yang kurang
menguntungkan”.
Dimensi Pemasaran Relasional
Menurut
Tandjung (2004:91) dimensi pemasaran
relasional adalah bonding,
empathy, reciprocity, dan trust.
Yau et. al. (1999:4) menetapkan empat variabel pemasaran relasional yang
digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Keempat variabel tersebut antara
lain, variabel komitmen, empati, timbal balik, dan kepercayaan.
a.
Komitmen
Menurut Tandjung (2004:91), mendefinisikan “komitmen adalah
ketergantungan antara kedua belah pihak yang cukup kuat sehingga hubungan
keduanya dapat bertahan lama”. Dapat disimpulkan komitmen adalah usaha yang
dilakukan perusahaan untuk menciptakan kepercayaan pelanggan pada perusahaan
dan usaha untuk membangun hubungan yang erat dengan pelanggan sehingga hubungan
tersebut menguntungkan kedua belah pihak.
Menurut Cross et.al dalam Umar (2003:233):
“Komitmen
pelanggan (customer bonding)
didefinisikan sebagai suatu sistem untuk mempertahankan hubungan dengan
pelanggan atau calon pelanggan”.
Barnes (2003:150) menyatakan :
“Komitmen adalah suatu keadaan
psikologis yang secara global mewakili pengalaman ketergantungan pada suatu
hubungan; komitmen meringkas pengalaman ketergantungan sebelumnya dan
mengarahkan reaksi pada situasi baru. Komitmen merupakan orientasi jangka
panjang dalam suatu hubungan, termasuk keinginan untuk mempertahankan hubungan
itu. Bagi bisnis yang menghadapi tingkat persaingan yang tinggi, hal ini
mengimplikasikan bahwa kemampuan perusahaan untuk menciptakan hubungan yang
tahan lama dengan pelanggan tidak hanya ditentukan oleh aksi perusahaan itu
sendiri, melainkan juga oleh aksi para pesaingnya. Perusahaan yang dapat dengan
sukses membuat dirinya berbeda dari pesaing mungkin memiliki kesempatan yang
lebih baik untuk menciptakan hubungan daripada perusahaan yang tidak dapat
melakukannya. Sebaliknya, pelanggan yang loyal hanya karena mereka tidak
memiliki alternatif yang lebih menarik merupakan suatu keadaan yang rapuh dan
terbatas pada situasi dimana pelanggan merasa bahwa dia terjebak”.
Menurut
Peppers and Rogers
(2004 : 46):
“Secara umum ada dua tipe komitmen yang
berbeda yaitu Calculative dan affective. Calculative commitment berhubungan dengan
tipe instrumen dari komitmen, dan sebagai perluasan dari kebutuhan untuk
mempertahankan relationship yang disebabkan oleh adanya manfaat ekonomi
dan switching cost. Calculative commitment dihasilkan dari analisis
ekonomi dari biaya dan manfaat dengan membuat komitmen. Sementara affective
commitment timbul karena seseorang memiliki ikatan emosional, bukan karena
alasan ekonomi. Calculative
commitment berhubungan negatif dengan kepercayaan dan didasarkan pada
perhitungan biaya dan benefit. Jadi tidak kondusif bagi perkembangan
relationship jangka panjang. Sebaliknya, affective commitment didasarkan
pada relationship yang berkesinambungan, bukan karena benefit ekonomi
jangka pendek, tetapi karena setiap pihak merasakan kedekatan emosional atau
psikologikal satu sama lain. Affective commitment secara positif
berhubungan dengan kepercayaan dan mendukung benefit relationship dalam
waktu yang lebih lama, menurunkan opportunis, dan keinginan untuk memecahkan
konflik dengan cara damai”.
Berry dan Parasuraman
(1991:139) menyatakan:
“Relationships dibangun di atas
fondasi mutual komitmen. Selain itu komitmen juga merupakan proses pelanggan
untuk memiliki keinginan menjalin hubungan dengan perusahaan tertentu. Tema
yang sering muncul dari
berbagai literatur relationship adalah
berbagai pihak mengidentifikasi komitmen diantara mitra pertukaran sebagai
kunci untuk memperoleh hasil yang bernilai bagi mereka, dan mereka berusaha
keras untuk mengembangkan dan memelihara atribut bernilai ini dalam relationship
mereka. Oleh karena itu, komitmen adalah sentral bagi semua pertukaran
relasional antara perusahaan dan berbagai mitranya”.
b.
Empati
Menurut Kotler (2005:500), “Empati adalah kesediaan untuk
peduli, memberikan perhatian pribadi kepada pelanggan”.
Lupiyoadi (2001:148) menyatakan:
“Empati yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya
memahami keinginan konsumen, dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki
pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan
secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
Empati adalah suatu dimensi dari pemasaran relasional yang
digunakan untuk melihat situasi dari perspektif atau sudut pandang lain. Hal
ini diartikan dengan memahami berbagai keinginan dan tujuan orang lain. Ini
termasuk kemampuan masing-masing individu untuk melihat situasi dari sudut
pandang yang lain dalam artian kognitif (Hwang dalam Yau et. al. 1999: 6).
Pengertian kognitif sendiri menurut Peter dan Olson (2005:41) adalah proses
mental yang lebih tinggi yang terdiri dari:
a). Pengertian
Pengertian
dalam hal ini berarti menginterpretasikan atau menetapkan arti aspek khusus
lingkungan seseorang
b). Penilaian
Penilaian
yaitu menetapkan apakah suatu aspek lingkungan atau perilaku pribadi seseorang
adalah baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak
menyenangkan.
c). Perencanaan
Perencanaan
yaitu menetapkan bagaimana memecahkan suatu permasalahan atau mencapai suatu
tujuan.
d). Penetapan
Penetapan
yaitu membandingkan alternative pemecahan suatu masalah dari sudut pandang
sifat yang relevan, dan mencari alternative terbaik.
e). Berpikir
Berpikir
yaitu aktivitas kognitif yang muncul disepanjang aktivitas di atas.
Dari penjelasan di atas yang dimaksud dengan empati
adalah kemampuan seseorang untuk menginterpretasikan, memberi makna, dan
memahami aspek utama pengalaman pribadi mereka.
c.
Timbal
balik (reciprocity)
Menurut Sin et. al. dalam Tjiptono (2005:225) yang
mengemukakan bahwa timbal balik adalah komponen relasi bisnis yang
merefleksikan kesediaan masing-masing pihak untuk saling membantu atau membalas
kebaikan yang dilakukan salah satu pihak.
Menurut Tandjung (2004:92):
“ Timbal balik mencerminkan bahwa dalam hubungan jangka
panjang haruslah saling memberi dan menerima. Artinya, baik penjual maupun
pelanggan sama-sama menguntungkan”.
Timbal balik adalah suatu dimensi dari pemasaran relasional
yang menyebabkan salah satu pihak memberikan timbal balik atau mengembalikan
atas apa yang telah didapat atau sepadan dengan yang diterimanya (Yau, at. al.
1999:6). Timbal balik mengindikasikan adanya suatu kerja sama atau hubungan
dengan pihak lain. Hal ini mencerminkan bahwa antara perusahaan dan pelanggan
memiliki kewajiban yang sama. Perusahaan berkewajiban memberikan pelayanan yang
sesuai dengan apa yang ditawarkan dan kesesuaian antara harga dan pelayanan.
Sebaliknya pelanggan wajib membayar apa yang telah diterimanya.
Variabel timbal balik meliputi kesesuai harga dengan
kualitas, usaha memberikan kompensasi atas kerusakan atau pelayanan yang buruk,
dan kesesuaian produk dengan apa yang ditawarkan.
d.
Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan bahwa seseorang akan
menemukan apa yang diinginkan pada mitra pertukaran. Kepercayaan melibatkan
kesediaan seseorang untuk untuk bertingkah laku tertentu karena keyakinan bahwa
mitranya akan memberikan apa yang ia harapkan dan suatu harapan yang umumnya
dimiliki seseorang bahwa kata, janji atau pernyataan orang lain dapat dipercaya
(Barnes, 2003:148).
Menurut
Tjiptono (2005:415), “trust (kepercayaan) merupakan faktor paling penting
dalam setiap relasi. Sheth dan Mittal dalam Tjiptono (2005:415) “trust
bisa diartikan sebagai kesediaan untuk mengandalkan kemampuan,
integritas dan motivasi pihak lain untuk bertindak dalam rangka memuaskan
kebutuhan dan kepentingan seseorang sebagaimana disepakati.
Menurut Green dalam Peppers and Rogers (2004:73), komponen-komponen kepercayaan
adalah:
1. Kredibilitas.
Kredibilitas
berarti bahwa karyawan jujur dan kata-katanya dapat dipercaya. Kredibilitas
harus dilakukan dengan kata-kata, “ saya dapat mempercayai apa yang
dikatakannya mengenai ….” bentuk lain yang berhubungan adalah believability dan
truthfulness.
2. Reliabilitas.
Reliabilitas berarti sesuatu yang bersifat
reliable atau dapat dihandalkan. Ini berarti berhubungan dengan kualitas
individu/organisasi. Reliabilitas harus dilakukan dengan tindakan; “ saya dapat
mempercayai apa yang akan dilakukannya . ….” Bentuk lain yang berhubungan
adalah predictability dan familiarity
3. Intimacy.
Kata yang berhubungan adalah integritas
yang berarti karyawan memiliki kualitas sebagai karyawan yang memiliki prinsip
moral yang kuat. Integritas menunjukkan adanya internal consistency, ada
kesesuaian antara apa yang dikatakan dan
dilakukan, ada konsistensi antara pikiran dan tindakan. Selain itu
integritas juga menunjukkan adanya ketulusan.
Menurut Peppers and Rogers (2004: 43):
“Kepercayaan
adalah keyakinan satu pihak pada reliabilitas, durabilitas, dan integritas
pihak lain dalam relationship dan keyakinan bahwa tindakannya merupakan
kepentingan yang paling baik dan akan menghasilkan hasil positif bagi pihak
yang dipercaya. Kepercayaan merupakan hal penting bagi kesuksesan relationship.
Benefit relationship yang didasarkan pada kepercayaan adalah signifikan
dan menggambarkan hal-hal berikut:
1. Cooperation.
Kepercayaan
dapat meredakan perasaaan ketidakpastian dan risiko, jadi bertindak untuk
menghasilkan peningkatan kerjasama antaraanggota relationship. Dengan
meningkatnya tingkat kepercayaan, anggotabelajar bahwa kerjasama memberikan
hasil yang melebihi hasil yang lebih banyak dibandingkan apabila dikerjakan
sendiri.
2. Komitmen.
Komitmen
merupakan komponen yang dapat membangun relationship dan merupakan hal
yang mudah hilang, yang akan dibentuk hanya dengan pihak-pihak yang saling
percaya.
3.
Relationship duration.
Kepercayaan
mendorong anggota relationship bekerja untuk menghasilkan relationship
dan untuk menahan godaan untuk tidak mengutamakan hasil jangka pendek dan
atau bertindak secara oportunis. Kepercayaan dari penjual secara positif
dihubungkan dengan kemungkinan bahwa pembeli akan terlibat dalam bisnis pada
masa yang akan datang, oleh karena itu memberikan kontribusi untuk meningkatkan
durasi relationship.
4. Kualitas.
Pihak yang percaya lebih mungkin untuk
menerima dan menggunakan informasi dari pihak yang dipercaya, dan pada
gilirannya menghasilkan benefit yang lebih besar dari informasi tersebut.
Akhirnya, adanya kepercayaan memungkinkan perselisihan atau konflik dapat
dipecahkan secara efisien dan damai. Dalam kondisi tidak ada kepercayaan,
perselisihan dirasakan merupakan tanda akan adanya kesulitan pada masa yang
akan datang dan biasanya menyebabkan berakhirnya relationship”.
Mowen
dan Minor (2001:312) menyatakan :
“Kepercayaan
pelanggan adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh pelanggan dan semua
kesimpulan yang dibuat pelanggan tentang objek, atribut, dan manfaatnya. Objek
dapat berupa produk, orang, perusahaan, dan segala sesuatu dimana seseorang
memiliki kepercayaan dan sikap. Atribut adalah karakteristik atau fitur yang
mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh objek”.
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, James G.
2003. Rahasia Manajemen Hubungan Pelanggan. Terjemahan Andreas Winardi.
Yogyakarta: Andi.
Berry, Leonard
L. and A. Parasuraman, 1991. Marketing Services. New York: The
Free Press.
Buttle,
Francis. 2004. Customer Relationship
Marketing (Manajemen Hubungan Pelanggan) Concept and Tools. Terjemahan
Arief Subiyanto. Malang: Bayumedia Publishing
Chan,
Syafruddin. 2003. Relationship Marketing. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Umum.
Kotler,
Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid II, Edisi Kesebelas. Alih
Bahasa Benyamin Molan, Jakarta. : Indeks
Kotler, Philip dan Gary, Armstrong. 2009. Prinsip-prinsip
Pemasaran. Jakarta : Erlangga.
Lupiyoadi,
Rambat. 2001. Pemasaran Jasa. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Mowen,
John. C dan Minor, Michael. 2001. Perilaku
Konsumen. Jilid I. Jakarta: Erlangga
Peppers,
Don dan Rogers, Martha. 2004. Managing Customer Relationships: A Strategic
Framework. USA: John Wiley and Sons, Inc.
Peter,
J. Paul dan Olson, Jerry, C. 2005. Cunsumer
Behavior and Marketing Strategy. Sixth Edition. New York: Mc Graw Hill
Companies
Tandjung,
J. Widodo. 2004. Marketing Management
Pendekatan Pada Nilai-Nilai Pelanggan. Malang: Bayumedia Publishing
Tjiptono,
Fandy. 2005. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Keenam. Yogyakarta:
Penerbit. Andy.
Zeithaml
dan Bitner, 2003. Service Marketing. Jakarta: Penerbit Erlangga
Yau,
Oliver H.M. et. al. 1999. Is Relationship
Marketing for Everyone? European Journal of Marketing. (Online). Vol 43
No9/10.2000.pp 4-10
Co-Opetition
BalasHapushttp://sharing-marketing.blogspot.com/2014/11/co-opetition-kolaborasi-dan-kompetisi.html
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
BalasHapushanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
BalasHapusPromo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^